Kamis, 03 Desember 2009

MELESTARIKAN LOGAT NGAPAK,MENCINTAI BAHASA IBU.

Pelan namun pasti,perubahan jaman telah membawa dampak besar dalam setiap aspek kehidupan kita. Perbedaan ragam budaya serta tingkah laku masyarakat dapat kita lihat hampir disemua bidang aktivitas. Peradaban tidak bisa dibendung,memang kita akui. Tapi itu bukan berarti kita boleh merelakan apa saja untuk dirubah oleh peradaban. Ada hal-hal tertentu yang harus kita jaga dan harus kita lestarikan keberadaannya. Diantaranya yang ingin saya bahas adalah kelangsungan hidup bahasa jawa ngapak.
Maaf jika tulisan saya dianggap keminter,sok nggurui.. maaf sekali lagi. Saya hanya brniat mengingatkan,bahwa sesungguhnya kita itu sudah tidak perduli dengan hidup-matinya logat ngapak. Ya memang,saya mengakui dengan jujur,masih banyak masyarakat kita yang menggunakan logat ngapak untuk berinteraksi sehari-hari. Bahkan saya yakin,kalau bahasa ngapak masih menjadi bahasa utama didalam kehidupan masyarakat khususnya yang menetap didesa.
Lantas,persoalannya kemudian justru datang dari generasi pembaharu yang sudah terlanjur hanyut dalam siklus kehidupan yang katanya modern. Generasi seperti inilah yang entah sadar atau tidak,mereka membunuh dengan pelan keberadaan logat ngapak. Bukti nyatanya adalah berusaha mengantisipasi anak-anaknya untuk tidak menggunakan bahasa jawa apalagi logat ngapak. Mereka dengan ketatnya mengatur bahasa anak agar supaya menggunakan bahasa nasional indonesia.
Pada prinsipnya,niat mereka itu baik,supaya sang anak menguasai bahasa nasional semenjak dini. Supaya sang anak mampu mencerna bahasa televisi yang notabene berbahasa nasional.
Sedangkan disisi lain,cara-cara seperti itulah yang nantinya akan menghapus budaya ngapak dikemudian hari. Sebab tanpa diajari sekalipun,anak-anak sekarang sudah terbiasa sarapan pagi dengan televisi. Dan itu artinya mereka sudah mendapatkan pelajaran tambahan yakni bahasa nasional kita. Belum lagi saat sampai disekolah,merekapun akan kembali mendapatkan pelajaran bahasa. Apa ini tidak cukup?
Itu baru menyangkut anak-anak,kita belum membicarakan remaja kita yang pada setiap pulang dari perantauan seolah-olah tidak kenal logat ngapak. Kampungan,kata mereka. Padahal satu minggu kemudian lidahnya kembali menjadi lidah ngapak.. Bukankah ini berarti ada indikasi untuk meninggalkan bahasa ibu? Ya walaupun cuma seminggu,tetap saja ini membuktikan bahwa logat ngapak pada jaman modern seperti sekarang ini,perlu mendapat perhatian serius agar keberadaannya tidak semakin hilang ditabrak peradaban yang terus berubah.
Tidak perlu merasa malu menggunakan logat ngapak. Lha wong itu warisan leluhur koq.. Ayo kita lestarikan bersama-sama,kita jaga sebagai wujud kepedulian kita terhadap budaya kita sendiri. Kalau bukan kita yang melestarikan,siapa yang akan mau? Masa orang batak mau disuruh bicara ngapak?
Ora usah wedi diarani kuno.. nang endi nggon kabeh due bahasa asal. Wong dewek lair nang lingkungan ngapak ya kudu gelem nganggo basa ngapak.. aja isin-isin.
Ya wis disit,kiye jenthikku wis pegel gole nulis.. ngesuk nek ana wektu ya tek terusaken.. ( ya angger kober )

Jumat, 30 Oktober 2009

LINTANG LINGGARVEVA